Saturday 23 May 2015

Protesmu Padaku

Teringat sosok yang idealis, kritis, dan juga 'bodoh'
Kita sekarang melewati jalan kita masing-masing
tanpa tau jalan mana yang akan membawa kita menuju mimpi-mimpi yang telah digantungkan di langit
Kau ingat ketika kita mengkritisi 'mereka' yang duduk di posisimu sekarang?
Kau ingat ketika kau mengutip sebuah kalimat dari salah seorang demonstran terlupakan?
"Lebih baik diasingkan dari pada hidup dalam kemunafikan"
Buktikan padaku kalimat itu
Jangan kau jadi seekor bunglon,
yang merubah warnanya agar ia sama dengan 'mereka'
Jika suatu ketika aku melihatmu berubah,
akan ku kirimkan sebuah cermin kecil, sabun muka, lipstik, bedak, dan beberapa peralatan kecantikan ke rumahmu,
agar kau dapat merias diri dihadapan pemimpinmu.

Memang seorang intelektual yang bebas adalah seorang pejuang yang sendirian.
Tapi bukan berarti mereka berusaha untuk menghindar dari orang di sekelilingnya.
Ayo dolen maneh mas :D
ajak mas Firman, sama mas Chomsin juga, sama osnema Go juga
Read more »»  

Wednesday 20 May 2015

Assalaamu’alaikum wr. wb.
Kali ini saya mau ngeshare salah satu kegiatan di Pramuka ITS Gugusdepan Surabaya 610 Surabaya 611. Kegiatan ini biasanya sangat dinanti-nantikan oleh semua anggota, karena sifatnya yang benar-benar di alam terbuka, benar-benar menantang, benar-benar menorehkan kenangan indah dalam memori, benar-benar menguras tenaga dan pikaran, dan benar-benar bermanfaat dan menyenangkan. Hahaha terlalu banyak kata benar-benar ya. Orientasi Medan atau biasa kami sebut Ormed. Kegiatan ini dilakukan di alam terbuka untuk mengasah kemampuan kami dalam bertahan hidup di alam serta mengasah kecerdasan emosional kami.
Orientasi medan berupa kegiatan penjelajahan di alam terbuka yang biasanya dilaksanakan selama lima hari. Peserta kegiatan diwajibkan melalui sebuah titik start dan menuju ke sebuah titik finish yang telah ditentukan dengan hanya dibekali alat navigasi darat dan perbekalan makanan dan pakaian mereka masing-masing. Setiap peserta diwajibkan mengerti dan memahami materi IMPK atau ilmu medan, peta, dan kompas. Selain itu ada banyak sekali materi-materi yang harus mereka lahap sebelum berangkat untuk mengikuti kegiatan ini. Oleh karena itu setiap ada kata Ormed akan selalu ada kata PraOrmed. Hehehe. Pada saat praOrmed inilah kami membekali peserta dengan materi-materi yang diperlukan dan melatih fisik mereka agar ketika melakukan kegiatan orientasi medan tubuh mereka dalam kondisi yang prima. Selain itu kami juga melakukan seleksi terhadap peserta agar kelak yang akan mengikuti kegiatan ini adalah mereka yang benar-benar telah siap. Baik dalam hal materi, mental, maupun fisik.
Orientasi medan 2015 kali ini kami laksanakan di kabupaten Blitar-Malang dengan jalur Jolosutro-Ngliyep. Jalur ini terakhir kami gunakan pada Orientasi medan tahun 2012. Tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi alam untuk dapat berubah dengan begitu berbeda. Hari pertama Ormed ’15 kami mulai dari sebuah desa kecil di dekat pantai Jolosutro, Gondangtapen. Setelah sejenak beristirahat, makan siang, dan bersih diri, kami mulai melangkahkan kaki untuk menuju check point pertama, pantai Jolosutro. Saat itu peserta sudah mulai menggunakan peta dan kompas mereka untuk menemukan jalan menuju check point. Kondisi medan didominasi oleh turunan karena kami start dari desa yang secara geografis terletak di atas sebuah bukit. Setelah lama berjalan sekitar pukul 18.00 beberapa kelompok telah sampai di check point yang telah ditentukan. Namun karena kondisi cuaca saat itu tidak memungkinkan untuk bermalam disana maka kami memutuskan untuk bermalam di sebuah masjid di dekat pantai.
Gambar 1. Masjid tempat kami bermalam di dekat pantai Jolosutro

Hari kedua kami mulai dengan sholat subuh dan dilanjutkan senam pagi. Setelah selesai sarapan, packing perlengkapan, dan bersih-bersih lantai mushola, kami melanjutkan perjalanan menuju check point kedua, pantai Mondangan. Naik turun bukit, melewati tambak udang, melewati padang ilalang, padang jagung, melewati jalur setapak hingga sebuah bakal jalan jalur Lintas Selatan. Pada hari kedua ini peserta masih harus menggunakan kemampuan mereka dalam membaca peta dan menggunakan kompas untuk sampai di check point. Setelah lama berjalan akhirnya salah satu peserta mampu sampai di check point kedua dengan selamat sentausa. Setelah puas jeprat-jepret sana sini perjalanan dilanjutkan ke check point ketiga di desa Kali tekuk. Karena perjalanan kali ini dilakukan pada sore hingga malam hari dan dengan kondisi jalan yang relatif mudah dilalui maka kami memutuskan untuk berjalan bersama hingga ke Kali tekuk. Sekitar pukul 20.00 WIB kami tiba di check point ketiga, di desa Kali tekuk, tepatnya sebuah kebun kosong milik salah satu pak RT di desa tersebut. Kami pun memutuskan untuk bermalam disana.
Gambar 2. Hiruk pikuk kesibukan peserta dan fasil dalam menyiapkan menu sarapan

Hari ketiga kami mulai dengan sholat subuh dan senam pagi kembali. Intensitas penggunaan peta kompas kali ini mulai berkurang. Kali ini peserta cukup mengikuti jejak-jejak yang telah ditinggalkan oleh pioneer namun plotting-an harus tetap berjalan. Perjalanan menuju check point ke empat dapat dilakukan dengan cepat dan relatif mudah. Setelah sekitar dua jam perjalanan akhirnya kami tiba pada sebuah gubug salah satu petani yang telah kami jadikan check point ke empat. Sebelum matahari benar-benar tergelincir kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju check point selanjutnya karena jalur yang akan kami lalui terdapat sebuah sungai besar yang  volume airnya dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Benar saja, sungai tersebut airnya sudah mulai meluap oleh pasang air laut. Kami pun harus ekstra hati-hati dalam menyeberang. Naik bukit, turun bukit, naik lagi turun lagi, hingga kami sampai pada sebuah sungai yang mengalirkan air sejernih mata air. Setelah melepas lelah sejenak kami melanjutkan perjalanan menuju check point ke lima, pantai Jonggring Saloko. SRUUUUT BYUUUUUURR!!!. Adeh. Setelah basah kuyup gegara harus jatuh bangun di sungai akhirnya kami sampai pada check point ke lima. Seperti memasuki wilayah ber-zombie kayak di film Resident Evil, kami memasuki kampung musiman. Kampung ini hanya dihuni pada musim-musim tertentu saja, sehingga banyak rumah dan fasilitas umum di kampung ini yang tidak terawat. Suasana sedikit mencekam muncul ketika kami harus melewati sebuah kamar mandi tak berpintu, tak beratap yang teronggok dibawah naungan kanopi hutan. Suasana di “kampung yang hilang” ini semakin mencekam ketika kami menemukan sebuah keganjilan. Nama pantai yang kami singgahi ini tidak benar-benar tepat sesuai dengan yang ada di peta. #jleb. Bagaimana mungkin?. Setelah kami melakukan pengecekan ulang, pengkajian ulang, dan bla bla bla (HeHeHe) akhirnya kami menemukan sebuah jawaban. Nama pantai ini memang berbeda dengan yang ada di peta. Great. Oke setelah puas berpusing ria kami bersiap untuk makan dan melalui malam dengan membuat api unggun, dan seperti malam-malam sebelumnya kami melakukan evalusi dan dilanjutkan bocan (bobok cantik).

Gambar 3. Kondisi kamar mandi umum di perkampungan tak berpenghuni tetap, pantai Jonggring Saloko.

Seperti hari-hari sebelumnya, pagi kami mulai dengan sholat subuh. Bedanya pada hari ke empat ini kami harus bergegas untuk melanjutkan perjalanan karena sekali lagi jalur yang akan kami lewati terdapat sebuah sungai yang akan meluap ketika pasang air laut tiba. Siapa bilang air laut akan pasang hanya pada waktu sore hari saja?. Buktinya kali ini pukul 09.00 pagi air laut sudah mulai merangkak naik (data ini kami dapatkan ketika survey ormed ‘15). Setelah beberapa saat berjalan kami menemukan sebuah sungai yang airnya sangat jernih. Kami memutuskan untuk istirahat dan sarapan. Puas jeprat-jepret kami melanjutkan perjalanan. Kali ini kami harus menaiki sebuah tebing curam, lalu menerjang ombak dan terakhir menyeberangi sungai untuk sampai di titik selanjutnya. Setelah naik turun bukit, melewati barisan bambu kuning, menyusuri pantai berpasir putih tak berpenghuni akhirnya kami sampai di pantai Pasir Panjang dan tentunya pantai Ngliyep sudah ada di depan mata. Alhamdulillah, yeah titik finish. Malam harinya kami habiskan untuk saling bercengkrama dan dilanjutkan dengan evaluasi kembali. Sampai titik finish ini seharusnya plotting-an tetap berjalan dan sepertinya ada kelompok yang tetap konsisten tur rajin tur istiqomah melakukan plotting-an. Good Job for you (y).
Gambar 4. Sungai Kaliurang yang mengalirkan air jernih


Hari kelima. Tidak berbeda dari hari-hari sebelumnya kami mulai pagi dengan sholat subuh dan dilanjutkan senam pagi. Setelah puas makan bersama kami bermain-main dibibir pantai sambil berfoto-foto ria. Setelah puas kami bersiap untuk fobar (foto bareng). Pake baju pramuka. Packing. Bla Bla Bla. Dan jepret!. Puas. Kami pun bersiap untuk kembali ke pangkalan kami, kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Sukolilo, Surabaya. Yeah. Rasanya ga sabar nunggu Orientasi Medan ’16. Hahaha.
Gambar 5. Pantai Ngliyep, Malang
Read more »»